Jumat, 20 April 2012

Menguak Propaganda Zionis Kabbalah Dalam Tayangan Televisi Big Brother

Menguak Propaganda Zionis Kabbalah Dalam Tayangan Televisi Big Brother

Penulis : Abdi Sapta Gelora Aritonang, Mahasiswa FISIP Hubungan Internasional Universitas Nasional, dan Network Associate Global Future Institute (GFI).
Sebenarnya tayangan acara Big Brother baru saya ketahui beberapa bulan yang lalu, ketika salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia membeli hak siar atas acara yang telah ditayangkan di lebih dari 70 negara tersebut, pertama kali mendengar nama acara dan format tayangan Big Brother membuat saya heran, apalagi ketika melihat logo Big Brother yang pada huruf O pada kata brother yang saya tafsirkan sebagai salah satu simbol propaganda terburuk di jagad ini, simbol All Seeing Eye, lambang makar mata satu Dajjal (Anti Christ) seperti yang telah disampaikan oleh hadits 14 abad yang lalu, yang berbunyi:
Diriwayatkan oleh Anas r. a. bahwa Rasulullah saw bersabda “Tiada seorang nabi pun melainkan telah memperingatkan umatnya dari si buta sebelah dan pendusta. Ingatlah kami bahwa Dajal itu buta sebelah matanya dan Tuhan kamu tidak buta. Tertulis diantara mata Dajal itu ‘kafir’.” (HR Bukhari dan Muslim).
Namun disini simbol mata satu tersebut agak disamarkan dalam bentuk lensa kamera, dan jika dicermati di sekeliling kita tanpa disadari banyak bertebaran simbol ini, seakan menunjukkan ke eksistensiannya, yang dalam konsep tayangan Big Brother di interpretasikan bahwa setiap gerak-gerik para peserta (housemates) akan selalu diawasi  kamera oleh karakter yang bernama Bigbro selama 24 jam penuh, dan terlebih-terlebih ketika mengetahui slogan tayangan ini yang berbunyi “Big Brother is watching you”.
Dengan hanya melihat logo dan membaca slogannya sajapun secara sekilas saya langsung teringat konsep tata masa depan Novus Ordo Seclorum (Tatanan Dunia Baru) milik kaum Zionis Kabbalah, dan terbersit dalam benak sebuah benang merah yang saling berketerkaitan dalam kedua hal ini.
Perlu diketahui sebelumnya bahwa dalam beberapa dekade belakangan muncul berbagai teori konspirasi di hampir penjuru dunia mengenai sebuah konsep makar global bernama New World Order, namun dalam pemahaman terhadap konsep New World Order kemudian terdapat multitafsir mengenai dalang dan motif dibalik skema konspirasi global ini, dalam hal ini dengan dasar yang cukup jelas saya memandang bahwa dalang dibalik skema ini adalah kelompok kecil superior yang memiliki latar ideologis Zionis Kabbalah. Terlepas dari kontroversi akan lemah dan ditolaknya segala yang bersifat konspirasi di ranah akademis, saya secara personal percaya bahwa teori konspirasi jika dikompherensifkan dan dalam penafsirannya diatur dengan sedemikian rupa, maka teori ini akan mendapat tempat di dunia akademis, yang bahkan dibanyak disiplin ilmu akademis sendiri sebenarnya berserak banyak teori tahyul yang dianggap akademis, menjadikan hal ini sebagai sebuah paradoks yang satir.
Tujuan kaum Zionis Kabbalah dalam agenda proyek globalnya adalah upaya untuk mengontrol berbagai tata aspek struktur global, yang secara garis besar untuk menciptakan satu pemerintahan dunia, satu agama, dan satu ideologi, dalam hal ini salah satu instrumen agendanya adalah kontrol atas tata sosial dan kependudukan dunia, dan dengan penguasaan kelompok ini akan ekonomi dan tata politik dunia seperti yang telah terjadi saat ini,  kelompok ini dengan tanpa rintangan berarti dapat  melakukan berbagai hal untuk menjalankan setiap agendanya. Cara yang digunakan dalam kelola dan kontrol tata kependudukan global adalah dengan digunakannya chip super kecil yang dikenal sebagai RFID (Radio Frequency Identifications) Microchip, dimana RFID Chip kelak akan dipasang di permukaan kulit manusia.
RFID Chip sebelumnya diciptakan pada dekade 80an yang dikembangkan dengan tujuan sebagai alat memantau dan pengenal hewan di peternakan negara-negara Amerika Utara, RFID dipasang pada hewan seperti sapi dalam bentuk Tag pengenal, yang kemudian disebut oleh para petani sebagai Tanda Binatang. Chip yang ukurannya sebesar butiran beras ini memanfaatkan baterai lithium layaknya handphone sebagai sumber energi. Sebagai catatan terkait dengan Tanda Binatang (Mark Beast) yang merupakan perwujudan dari RFID yang dipasang pada manusia berkaitan erat dengan nubuat Allah dalam ayat kitab Injil yang mengisyaratkan akan datangnya keadaan dimana manusia akan diperintah diktator kejam yang berencana untuk mengatur dunia, dimana setiap manusia akan diberi tanda atau charagma (khar’-ag-mah)
(Wahyu 13:16-17) Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, dan tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya.
Dalam perkembangannya pada tahun 2008 perusahaan teknologi asal Jepang Hitachi menyempurnakan teknologi microchip dengan membuat RFID berukuran 0.4 x 0.4 milimeter atau kira-kira sama dengan ukuran sebiji pasir. Chip ini memiliki 128 bit ROM yang mampu menyimpan data 38 digit nomor ataupun angka-angka unik layaknya Barcode, Karena ukurannya yang sangat kecil di Amerika Serikat (AS) dan Eropa RFID Chip generasi baru ini dimanfaatkan dalam berbagai hal, seperti sebagai alat dipasang pada barang pengiriman berharga milik intelejen, bagasi pesawat VVIP, Name Tag pasien rumah sakit elit, tanda pengenal kasino dan klub malam, alat pelacak pada NAPI ataupun pelacak dalam kegiatan intelejen dan bahkan chip yang hampir berbentuk bubuk ini dipasang pada seri tertentu pada mata uang Euro.
Dasar penggunaan RFID chip terhadap manusia sendiri diawali dengan sebuah sistem di AS yang disebut SmartCard yang dikembangkan perusahaan Mondex, SmartCard yang difungsikan layaknya kombinasi KTP dan kartu kredit ini juga berisi data riwayat pribadi, informasi primer seperti kesehatan catatan kriminal, data pajak, jumlah tabungan, pendapatan, serta identitas pribadi lainnya, dimana secara elektronik di integrasikan ke pusat data kependudukan pemerintah AS.
Sejauh ini negara yang paling getol dalam penggunaan RFID Chip dalam berbagai hal adalah AS, AS sendiri dikenal sebagai negara boneka basis komando kelompok Zionis Kabbalah dalam setiap menjalankan agenda globalnya, sejak lama elit di lingkaran kekuasaan pembuat kebijakan di AS dikuasai oleh kelompok ini, termasuk mengenai agenda kebijakan kependudukan dengan memanfaatkan RFID, dengan dalih atas keamanan nasional dari ancaman aksi teror, di bawah payung Patriot Act yang disahkan pada era Bush, penggunaan sistem RFID ini hanya menunggu waktu yang tepat karena masih bermasalah pada persoalan mekanisme.
Pada tahun 2001 seperti diberitakan Wall Street Journal bahwa AS telah menyiapkan kebijakan Live Spy Satellite, sebuah satelit navigasi yang sering disebut satelit Big Brother, Mondex selaku perusahaan pengembang RFID di AS bekerjasama dengan perusahaan OrbComm untuk memfasilitasi SmartCard yang dapat diintegrasikan dengan sistem navigasi satelit, yang kelak Live Spy Satellite digunakan sebagai alat pengawas dan kontrol penerima sinyal dari RFID Chip, sehingga setiap RFID yang dipasang ke benda atau ditanam kemanusia akan dengan mudah dilacak dan temukan, dimana satelit ini memiliki akses terbatas bagi publik, berbeda dengan berbagai satelit AS yang dioperasikan oleh NASA maupun U.S. Geological Survey. Tujuan penggunaan teknologi RFID Chip dengan integrasi satelit navigasi oleh pemerintah AS administrasi Bush disebut sebagai perluasan terhadap batas keamanan nasional dalam menanggapi isu terorisme dan sebagai instrumen pendukung dalam penanggulangan bencana, namun konsekuensi dari semua hal ini adalah hilangnya privasi dan kebebasan dari warga sipil, di AS sendiri penentangan oleh masyarakat terjadi mengenai implementasi dilaksanakannya program ini, sehingga karena derasnya penolakan kebijakan ini di era Obama ditangguhkan.
Belakangan seperti diberitakan Kompas.com (18/06/11) kemudian muncul RFID Chip versi baru dengan pemantapan pada sumber energinya, hal ini terkait dengan rencana pengunaan RFID terhadap manusia, dimana RFID terbaru dalam pengoperasiannya tidak tergantung lagi terhadap energi baterai lithium, namun memanfaatkan pembuluh darah dengan mengintegrasikan impuls saraf ke chip ini, sehingga ketika manusia yang telah ditanami chip ini mati, maka otomatis chip tersebut akan tershut down secara otomatis, dan begitu juga ketika orang yang telah di pasang dengan RFID Chip melakukan suatu tindakan yang dianggap mengancam stabilitas keamanan, maka RFID Chip akan di-shut down dan otomatis kehidupan sosial orang tersebut turut mati.
Benang merah keterkaitan program RFID Chip dan Live Spy Satellite dengan tayangan Big Brother sendiri adalah mengenai kesamaan konsep mendasar dari keduanya, dimana acara Big Brother yang tayang perdananya di Belanda pada tahun 1999 ini mendasar pada tujuan untuk mengetahui tentang bagaimana efek psikologis pada setiap housemates dalam sebuah lingkungan terisolasi tanpa komunikasi apapun dengan dunia luar serta kehilangan privasi dan zona kenyamanan mereka, dalam konsepnya keseharian para housemates akan diberi tugas oleh Bigbro, dimana dalam pelaksanaan tugas akan dikenakan apa yang disebut reward dan punish, yang berhasil akan diberi hadiah, sedangkan yang gagal atau melanggar aturan akan dihukum. Acara yang tayang di lebih dari 70 negara ini masing-masing diadaptasi dengan format khas negara masing-masing, dan dalam perkembangannya terdapat beberapa format khusus tayangan Big Brother, dimana terdapat 6 format Pan-Regional khusus yaitu regional Africa, Formers Yugoslavia Republics, Arab, Pacific, UK & Ireland, Scandinavia, dan kemudian di Inggris sendiri terdapat Season Celebrity Big Brother yang para housemates nya adalah para selebritis dan pesohor terkenal dunia.
Dengan format dan konsep acara yang mengekang dan mengisolasi pesertanya yang dilihat dari perpektif sosiologi dan demografi, dengan tayangan ini kita dapat menganalisis mengenai bagaimana perubahan manusia ketika hak-hak dasarnya diambil serta tidak adanya ruang privasi, dan apa reaksi dari orang-orang tersebut ketika berada dalam kondisi isolasi tersebut bertemu dengan orang dengan kepribadian yang saling berbeda dengan peraturan ketat dengan pola reward dan punish, reaksi psikologis inilah yang ditawarkan dalam tayangan ini, dimana setiap minggu housemates akan dideportasi berdasarkan pilihan terbanyak publik.
Ada beberapa kejanggalan yang saya coba cermati dalam acara ini yang dikaitkan dengan agenda global kaum Zionis Kabbalah. Pertama, tayangan ini berbeda dengan acara ajang-ajang populer sejenis di televisi, seperti American Idols, Got Talent, Mamamia atau acara yang hampir mirip konsepnya seperti Penghuni Terakhir, yang mana acara-acara tersebut berorientasi penuh pada orientasi untuk meraih keuntungan akan tarif pengiriman SMS maupun telepon premium untuk mem-vote kontestan favorit oleh pemirsa, namun dalam tayangan Big Brother hal tersebut tidak menjadi prioritas, keputusan akan berlanjut atau tidaknya suatu kontestan ada di tangan pemilik acara Big Brother, bukan hasil voting pemilihan pemirsa.
Keduahampir separuh stasiun televisi di lebih dari 70 negara yang menayangkan Big Brother adalah stasiun televisi yang berada di bawah jaringan atau terafiliasi dengan grup media pemodal Yahudi, yang mana dalam menjalankan bisnis medianya kaum Yahudi berorientasi penuh pada proyeksi pemenuhan agenda kelompok mereka untuk menata kehidupan sosial budaya dari peradaban dengan sedemikian rupa, termasuk dengan melakukan cara busuk sekalipun. Diantara jejaring media jaringan Yahudi yang paling terbesar di dunia adalah milik Rupert Murdoch, dibawah naungan News Corporation yang belakangan terbelit kasus pelanggaran akut atas kode etik jurnalisme di Inggris terkait penyadapan dalam memperoleh sumber berita, Rupert Murdoch merupakan seorang pengusaha taipan media global berdarah Yahudi yang juga menjadi anggota Roundtable Commission (RC), RC merupakan sebuah institusi loby kelompok bisnis Yahudi dalam berbagai bidang baik Perbankan, Media, Farmasi, Telekomunikasi, Manufaktur, dll yang merupakan turunan dari kegiatan pertemuan tahunan The Bilderberg Group, Club of Rome, Trilateral Commission. News Corp sendiri memegang hampir 50% pangsa pasar media mainstream dunia, dimana News Corp terdiri dari Studio Film, Surat Kabar, Majalah, Tabloid, Radio, TV Kabel, Stasiun Televisi dan Jaringan Media Internet.
Di Indonesia sendiri News Corp pernah menguasai 5 stasiun televisi, yaitu Antv dan Tvone yang berafiliasi dengan Star Asia grup milik News Corp (kabarnya sekarang sudah tidak lagi), dan RCTI, Globaltv, MNCtv yang ketiganya berada di bawah MNC Group yang terafiasi ke Fremantle Media yang juga masih berada di bawah kendali Murdoch. Tayangan Big Brother sendiri lisensinya dimiliki oleh perusahaan broadcast Endemol yang juga dimiliki pebisnis Yahudi, walaupun kemudian grup stasiun televisi di Indonesia yang menayangkan acara ini yaitu Trans Corporation bukan merupakan anggota afiliasi group News Corp ataupun Endemol serta tidak terlihat adanya indikasi Trans Group berada di bawah jaringan Yahudi (kecuali indikasi mengenai logo Transtv yang identik dengan lambang makar Freemason), satu-satunya hal keterkaitan yang dibisa ditarik adalah mengenai sponsor dari tayangan ini di Indonesia, yaitu Telkomsel, dimana seperti diutarakan sebelumnya bahwa tayangan Big Brother jelas beda dengan acara sejenis dengan orientasi pada tarif premium vote, sehingga dalam hal ini pembiayaan utama dari tayangan ini jelas berasal dari iklan dan sponsor utama yaitu Telkomsel, Telkomsel sendiri memiliki rekam jejak keterkaitan dengan jaringan bisnis Yahudi, yaitu dengan melihat kepemilikan saham sebesar 35% oleh Temasek Holdings melalui SingTel, dengan catatan bahwa seperti sudah menjadi rahasia umum mengenai hubungan mesra antara Israel dengan Singapura, termasuk dalam kerjasama ekonomi, yang salah satunya adalah adanya hubungan kuat antara Temasek Holdings sebagai BUMN Singapura dengan badan-badan usaha milik jaringan Yahudi, hal ini jugalah yang menjadi jawaban mengenai bagaimana keputusan kontroversi atas menangnya perusahaan teknologi Amdocs dalam tender system billing Telkomsel, yang mana Amdocs adalah perusahaan Israel yang berbasis di Guersney Island.
Ketiga, hal ini merunut terhadap substansial secara harfiah dari tayangan Big Brother, reality show fenomenal yang pertama kali tayang di Veronica Television Belanda, dibawah lisensi perusahaan broadcast Endemol, sebuah jaringan media raksasa Yahudi lainnya yang  jaringannya berada di 23 negara (sempat ekspansi ke Indonesia dibawah bendera Astro Malaysia), Endemol didirikan pada tahun 1993 oleh taipan media berkebangsaan Belanda Joop van den Ende, yang kemudian saat ini dipimpin oleh John de Mol sang pencipta konsep tayangan Big Brother, dan sekedar menambahkan bahwa perusahaan broadcast ini separuh sahamnya dimiliki oleh PM Italia Silvio Berlusconi, hal yang menjadi benang merah di bahasan paragraf  mengenai Endemol ini adalah mengenai logo dari Endemol, sebuah logo dengan mata satu (All Seeing Eye), yang bagi pemerhati makar teologis hal ini dipersonifikasikan sebagai Ihdzaru Al Masikh Ad’Dajjal alias Anti-Christ.
Silvio Berlusconi dengan 'satanic hand signal'
Sebelum membahas lebih jauh substansi tayangan Big Brother, adanya baiknya untuk melihat definisi dari kata Big Brother sendiri sebagai suatu kosa kata, melompat jauh ke tahun 1984 ke sebuah novel populer karangan George Orwell’s yang berjudul Nineteen Eighty-Four, novel ini bercerita mengenai sebuah negara sosialis totaliter di Oceania dimana Partai berkuasa memegang kekuasaan total untuk kepentingan sendiri atas nama penduduk, pemimpin di negara tersebut bernama Big Brother yang merupakan sosok pemimpin diktator, dalam tata masyarakat yang digambarkan dalam novel tersebut, Orwell menjelaskan mengenai warga yang berada di bawah pengawasan lengkap oleh otoritas pemerintah, terutama oleh Telescreens, sebuah spanduk besar di tiap sudut kota, yang berisi tulisan yang mengingatkan para warga dengan ungkapan ‘Big Brother is Watching You’, novel ini juga kabarnya menjadi bahan motivasi Andres Behring Breivik sang teroris Kristen konservatif yang beberapa waktu lalu melakukan penyerangan berdarah di Norwegia, atas ketidakpuasannya pada kebijakan pemerintah, dalam perkembangannya atas populernya Nineteen Eighty-Four, istilah “Big Brother” telah memasuki leksikon sebagai sinonim untuk kata ‘penyalahgunaan kekuasaan pemerintah’, khususnya dalam hal kebebasan sipil, konsep inilah yang ditiru mentah-mentah oleh Endemol sebagai inspirasi dari konsep tayangan Big Brother sendiri.
Kemudian ujung dari benang merah semua fakta ini adalah sebuah pemenuhan terhadap agenda global kaum Zionis Kabbala dalam perspektif teori konspirasi, yang secara sistematis semua hal diatas dirancang untuk pembelokan serta penguasaan peradaban. Terkait dengan tayangan Big Brother saya pribadi berpendapat bahwa tayangan ini, yang secara global di eksport ke seluruh dunia merupakan suatu riset dan propaganda dari kaum Zionis Kabbala ke seluruh penjuru dunia, artian riset yang saya maksud dalam hal ini adalah sebuah penelitian terselubung untuk mengetahui efek, reaksi dan analisis psikologis dari hilangnya hak dasar dalam kehidupan sosial, pengukungan zona kenyamanan, hilangnya privasi, serta tinjauan atas berkuasanya sebuah kediktatoran, semua hal inilah yang tercermin dari tayangan Big Brother, riset Big Brother ini secara berkelanjutan dilakukan pada berbagai kelompok budaya masyarakat tertentu dengan melihat pada perspektif demografis, hal ini terlihat dari jumlah negara yang menayangkan, sekitar 70 negara, hampir separuh dari seluruh negara anggota PBB dengan kuantitas populasi yang signifikan, serta adanya edisi Pan-Regional, yang bertujuan untuk memetakan secara sosiologis masyarakat dunia secara keseluruhan.
Dimana tujuan utama dari semua ini adalah satu dari sekian agenda lain dari grand-design tatanan dunia baru, untuk menyiapkan masyarakat dunia akan datangnya sebuah kondisi dunia dimana kebebasan mendasar dari kehidupan sosial akan hilang, hal ini terkait jelas dengan rencana Bush di era pemerintahannya dengan mengeluarkan Patriot Act dengan dalih ancaman terorisme atas keamanan nasional, dimana oleh undang-undang ini setiap warga negara yang dianggap berpotensi membahayakan keamanan nasional dapat disadap, ditangkap dan dihukum tanpa prosedur pengadilan sah secara konstitusi, sebuah keadaan yang sama persis dengan gambaran novel Nineteen Eighty-Four. Salah satu upaya fenomenal di bawah Patriot Act yang dilakukan Bush sebagai tokoh yang menjadi bagian dari kelompok Zionis Kabala adalah dengan menyusun program Live Spy Satellite untuk mengontrol warga melalui satelit yang diatur sedemikian rupa, dimana satelit yang digunakan dalam Live Spy Satellite kerap disebut Satelit Big Brother. Program ini dalam draft penyusunan dan pengesahan di parlemen mendapat kecaman dan penolakan keras dari masyarakat, sehingga parlemen menangguhkan program ini hingga pemerintahan Bush berakhir, dan di era Obama program ini tidak begitu jelas kelanjutannya, walaupun dalam kampanye pemilunya Obama pernah mengatakan akan menganulir program ini, termasuk merevisi Patriot Act, namun kenyataannya hal tersebut tidak pernah terjadi, karena sebenarnya orang-orang yang berada di balik Obama adalah orang yang sama yang mengendalikan Bush. Hal ini lah yang menjadi penghubung utama antara agenda satelit Big Brother dengan tayangan Big Brother dalam konotasi yang sesungguhnya, yaitu sebuah upaya riset dan propaganda nyata dalam bentuk reality show yang tidak berorientasi penuh pada uang (hasil vote), namun pada upaya untuk menganalisa psikologis massa atas program ini, terkait mekanisme dari diberlakukannya sistem kependudukan global dan kontrol populasi di bawah satu rezim pemerintahan dunia Zionis Kabbala dibawah tuntunan Dajjal atau Anti-Christ sang juru selamat palsu kaum Yahudi.
Kebanyakan dari awam pasti akan berkata jika pemaparan skema ini terlalu berlebihan seperti film fiksi Hollywood saja, namun seperti inilah keadaaan yang sesungguhnya, yang jika terus dikaji, bahkan kondisi dunia kita saat ini bahkan jauh lebih aneh dari film fiksi, dan lebih menyeramkan dari film horror, dan untuk tayangan Big Brother yang saat ini di Indonesia mendapat rating yang cukup tinggi sebenarnya tidak ada efek buruk ketika kita menontonnya, meskipun kemudian propaganda yang suguhkan di ‘riset’ ini dalam suatu kondisi dapat mempengaruhi alam bawah sadar kita untuk mengganggap bahwa pengekangan hak dasar sipil oleh pemerintah adalah hal yang sah.
Just enjoy the show, Big Brother is watching you..
Referensi :
Z.A Maulani, Zionisme : Gerakan Menaklukkan Dunia, Daseta Press 2002
Zaynur Ridwan , Novus Ordo Seclorum, Salsabila Kautsar Utama, 2010
http://sains.kompas.com/read/2011/06/18/19444589/Alat.Mata-mata.Ditanam.di.Bawah.Kulit 18061

Tidak ada komentar:

Posting Komentar